Rakyat Indonesia yang anti Malaysia 'ditampar' dengan rancangan pemerintah Jakarta yang mahu meniru pembinaan terowong ala SMART bagi mengatasi masalah banjir di kota tersebut. Menteri Kerja Raya mereka pula tanpa segan silu menyebut projek tersebut ditiru dari apa yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia.
Namun, terowong dwi-fungsi yang bakal dibangunkan di Jakarta berdiameter 16 meter berbanding 13.2 meter yang ada di KL. Terowong yang dirancang itu juga berkepanjangan 15km berbanding SMART, 9.7km. Ia dinilai memakan belanja sebanyak RM5.7 billion berbanding SMART yang menelan belanja RM1.9 billion.
Cuma yang teman heran, seberapa efisien konsep itu untuk Jakarta yang berada antara -2 hingga 2 meter dari aras laut berbanding Kuala Lumpur yang terletak 30 meter dari aras laut.
Komen-komen menarik mula terlihat dari kalangan pembaca. Antaranya menyebut, tidak mengapa kalau menyontek (meniru) atau menjiplak (menciplak) demi kesejahteraan bersama. Bayangkan pula jika kita meniru mereka?
Pendek cerita, janganlah terlalu suka meludah ke langit kerana bila-bila masa sahaja akan tertimpa ke muka sendiri.
Untuk rekod, terowong dwi-fungsi SMART hanya satu-satunya yang wujud di dunia ini.
Untuk rekod, terowong dwi-fungsi SMART hanya satu-satunya yang wujud di dunia ini.
Ini Dia Konsep Terowongan Raksasa yang 'Ditiru' Jokowi
Kamis, 27/12/2012 15:13 WIB
Jakarta - Ide membangun terowongan raksasa yang digagas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebenarnya pernah digagas pada jaman Gubernur DKI Sutiyoso. Proyek ini juga dinilai meniru dari proyek terowongan serupa di Kuala Lumpur, Malaysia yang disebut Stormwater Management and Road Tunnel (SMART).
“Kita pernah bahas itu, yang kita tiru adalah Malaysia. Namun terkendala masalah teknis dan ekonomis karena mahal pada saat itu,” ungkap Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto saat ditemui di kantornya, Kamis (27/12/12).
Lalu bagaimana bentuk dan konsep SMART yang sudah beroperasi di Malaysia?
Berdasarkan data yang didapat dari roadtraffic-technology, SMART dibangun pada tahun 2003. Proyek ini merupakan proyek terowongan terpanjang di Malaysia dan menggunakan teknologi yang tinggi. Berdiameter 13,2 meter, mencakup 9,7 km terowongan untuk banjir dan 4 km dua jalur kendaraan.
Total investasi yang dihabiskan untuk mega proyek ini ialah MYR 1,887 juta atau sekitar $ 514 juta. Tujuan utamanya dibangun terowongan ini ialah untuk mengatasi masalah banjir yang diakibatkan meluapnya Sungai Klang dan Kerayong, serta dapat mengurangi tingkat kemacetan selama jam-jam sibuk, terowongan ini hanya berlaku bagi kendaraan ringan saja.
SMART mulai beroperasi untuk kendaraan sejak 14 Mei 2007, proyek ini digagas oleh Pemerintah Malaysia. Terowongan ini mampu menampung 30.000 mobil per hari dan telah digunakan 44 kali menanggulangi banjir.
Terowongan ini dimulai dari Sungai Kampung Barembang dan berakhir di Sungai Taman Desa. Terowongan ini menanggulangi luapan air dari 2 sungai besar yang melewati pusat kota Kuala Lumpur. Kuala Lumpur diperkirakan beresiko terkena banjir besar 1 kali dalam 100 tahun sekali. Untuk sebuah kendaraan dapat menghemat waktu jika lewat terowongan ini, dari persimpangan Jalan Istana menuju Kampung Pandan hanya 4 menit, dari waktunya biasanya 15 menit.
Terowongan ini memiliki 3 sistem operasional, yakni:
- Normal, kondisi saat tak ada badai atau hanya hujan dengan intensitas yang kecil. Jalur kendaraan dibuka dalam kondisi ini.
- Setengah Badai, kondisi dimana sistem SMART diaktifkan dan luapan air dialihkan ke terowongan di bawah jalur kendaraan, serta kendaraan masih diperbolehkan lewat.
- Badai, Kondisi ini adalah kondisi terparah. Jalur kendaraan ditutup.
Kontraktor dari proyek ini ialah Malaysian Mining Corporation Berhad joint venture dengan Gamuda Berhad. Gamuda mengajukan usulan Public Private Funding Initiative sebesar US$ 514 juta, dengan dana dari pemerintah sebesar US$ 342 juta dan sisanya sebesar US$ 163 dibiayai Gamuda dan partner joint-nya.
Proyek ini kini dioperasikan oleh kedua kontraktor tersebut dengan masa konsesi selama 40 tahun. Comba Telecom pun ikut andil dalam proyek ini sebagai pemasok dan pemasang sistem antena penguat sinyal dengan kecepatan tinggi di dalam terowongan.
Seperti diketahui sebelumnya, Proyek Deep Tunnel. Itulah terobosan terbaru yang dirancang Jokowi. Terowongan berdiameter 16 meter itu akan dibangun dari MT Haryono hingga Pluit dan diprediksi memakan dana Rp 16 triliun.
"Terobosannya, terowongan. 16 meter diameternya di bawah tanah. Berakhir di Pluit, mulainya di MT Haryono," kata Jokowi.