Tuesday, November 25, 2014

Rusuhan kaum tercetus di Amerika Syarikat

     

Rusuhan berdasarkan perkauman tercetus di Ferguson, Missouri, Amerika Syarikat dalam ketidakpuashatian masyarakat kulit hitam apabila keadilan dikatakan tidak ditegakkan dalam insiden polis kulit putih menembak mati seorang remaja kulit hitam berumur 18 tahun yang tidak bersenjata.

Selain itu, protes terus menyebar sehingga ke Los Angeles dan New York menuntut keadilan ke atas mangsa di mana hakim memutuskan untuk tidak menghukum anggota polis yang terlibat.

Kematian Michael Brown pada 9 Ogos lalu menjadi kemarahan masyarakat kulit hitam apabila dia didapati ditembak 12 kali.

Berbelas-belas bangunan dibakar, berpuluh-puluh kenderaan hangus dan kira-kira 30 orang ditangkap beberapa jam yang lalu.




Outrage across US over Ferguson ruling
Last updated: 1 hour ago
Decision not to charge police officer over death of unarmed black teenager Michael Brown prompts protests across the US.
Thousands of people rallied in US cities including Los Angeles and New York to protest against a grand jury's decision not to indict a white police officer who killed an unarmed black 18-year-old in Ferguson, Missouri.

Gunshots rang out and police lobbed tear gas at an angry crowd in suburban St Louis after the grand jury decision was announced late on Monday.

Angry protesters overran barricades and taunted police in Ferguson, with some chanting "murderer" and others throwing stones and bottles, as police car windows were smashed and protesters tried to set vehicles ablaze.

Officers responded by firing what authorities said was smoke and pepper spray into the crowd, as some in the crowd tried to stop others from taking part in the violence.

Activists had been planning to protest even before the nighttime announcement that officer Darren Wilson would not be charged in the shooting death of Michael Brown on August 9.

Wilson shot Brown 12 times according toevidence presented to the grand jury, with witness reports differing as to whether and when Brown had his hands raised.

'Black lives matter'

In New York City marchers chanting "Black lives matter" snarled traffic on Broadway through Times Square.

In Chicago, demonstrators walked up Lake Shore Drive carrying banners that read "Justice for Mike Brown".

Police in Ferguson used smoke canisters and trucks to force waves of violent protesters down the street away from the police building soon after sporadic gunshots were heard. Flames from a burning car rose into the night sky.

Whistles pierced the air as some of the hundreds of protesters tried to keep the peace, shouting, "Don't run, don't run."
Police who formed a wall of clear riot shields outside the precinct were pelted with bottles and cans as the crowd surged up and down the street immediately after authorities said the grand jury had voted not to indict Wilson.
"Murderers, you're nothing but murderers," protesters in the crowd shouted. One woman, speaking through a megaphone said, "Stinking murderers."

Dozens of police and military vehicles were poised for possible mass arrests not far from the stretch of Ferguson streets that saw the worst of the rioting after Wilson shot Brown in August.

"They need to feel the pain these mothers feel at the (expletive) cemetery," shouted Paulette Wilkes, 40, a teacher's assistant who was in the crowd at the police department.

A smaller, calmer crowd of about three dozen protesters gathered outside the courthouse where the grand jury had met. In that crowd, a white woman held a sign that read: "Black Lives Matter." Many of the protesters looked stunned.

"That's just how the justice system works - the rich are up there and the poor are down here," said Antonio Burns, 25, who is black and lives in the Ferguson area. The police "think they can get away with it," Burns said.
A handful of Amnesty International volunteers in bright vests tried to maintain the peace.

'Rightfully angry'

Speaking to Al Jazeera, Dante Barry, executive director of Million Hoodies for Justice, said the protesters were "rightfully angry".

"There is this misconception that we are living in a post-racial society. Even with a black president, it [police killings of African Americans] is still happening under his watch.

"What you’re seeing tonight is folks expressing frustration and it’s rightfully so."
Al Jazeera's Tom Ackerman, reporting from Washington DC, said the evidence used by the grand jury for their decision will be published.

"Now that the case is closed, the evidence will be made public, including audio recordings and transcripts of the testimonies, which is not usual."

Brown's family quickly urged a non-violent response to the grand jury's decision. In a statement released shortly after the decision the family said: "We are profoundly disappointed that the killer of our child will not face the consequence of his actions."
"While we understand that many others share our pain, we ask that you channel your frustration in ways that will make a positive change. We need to work together to fix the system that allowed this to happen," the statement added.

"We respectfully ask that you please keep your protests peaceful. Answering violence with violence is not the appropriate reaction. Let's not just make noise, let's make a difference," it said.

Officials urged tolerance and assured residents that the National Guard would provide security at critical facilities such as fire houses, police stations and utility substations.

"I do not want people in this community to think they have to barricade their doors and take up arms," St Louis County Executive Director Charlie Dooley said before the grand jury's decision was announced.


8 batang jalan di Kuala Lumpur diberi nama baru mulai esok

Berikut kenyataan media DBKL berhubung penamaan semula beberapa batang jalan di Kuala Lumpur mulai esok 26 November 2014 sempena memperingati raja-raja yang pernah ditabal sebagai Yang Dipertuan Agong.

Jalan yang bertukar nama adalah seperti berikut 

  1. Jalan Duta menjadi Jalan Tunku Abdul Halim,
  2. Jalan Khidmat Usaha menjadi Jalan Sultan Haji Ahmad Shah,
  3. Jalan Ipoh (dari simpang Jalan Pahang ke Jalan Segambut) menjadi Jalan Sultan Azlan Shah,
  4. Persiaran Duta menjadi Persiaran Tuanku Syed Sirajuddin,
  5. Jalan Khidmat Setia dan Jalan Ibadah menjadi Jalan Sultan Mizan Zainal Abidin,
  6. Lebuhraya Mahameru menjadi Lebuhraya Sultan Iskandar,
  7. Persiaran Mahameru menjadi Persiaran Tuanku Jaafar, dan
  8. Jalan Semarak menjadi Jalan Sultan Yahya Petra



Subsidi dikembalikan jika harga minyak naik mendadak

Kebimbangan masyarakat berhubung kesan kenaikan minyak mendadak selepas pengapungan terkawal harga minyak RON95 yang berlaku setelah penghapusan subsidi minyak mulai 1 Disember ini telah mendapat jawapan dari kerajaan.

Blog ini juga mengupas persoalan ini melalui posting Penghapusan subsidi minyak Malaysia yang tiba-tiba bertarikh 22 November 2014 bagi mengetengahkan persoalan ini.

Pihak kerajaan semalam telah memberi jaminan bahawa kenaikan harga minyak mendadak akan membawa campurtangan kerajaan semula untuk mensubsidikan semula harga minyak pada paras tertentu melalui mekanisme subsidi yang bersesuaian.



Subsidi diperkenal jika harga tinggi
25 November 2014 1:04 AM


KUALA LUMPUR 24 Nov. – Kerajaan sedia melaksanakan semula bantuan subsidi petrol jika harga minyak dunia kembali meningkat dengan ketara.

 

Timbalan Menteri Kewangan, Datuk Chua Tee Yong berkata, bagaimanapun sistem subsidi yang akan dilaksanakan itu lebih terarah untuk mengurangkan beban golongan berpendapatan menengah dan rendah yang akan terkesan akibat kenaikan harga minyak.

 

Katanya, kerajaan sentiasa memantau pergerakan harga komoditi itu bagi memastikan rakyat negara ini mendapat faedah daripada penurunan harga minyak dan pada masa sama menyediakan bantuan yang sesuai jika harga minyak meningkat dengan tinggi.

 

Beliau berkata lagi, berdasarkan situasi semasa harga minyak mungkin tidak naik mendadak kerana Pertubuhan Negara-Negara Pengeksport Petroleum (OPEC) tidak merancang untuk mengurangkan pengeluaran minyaknya.

 

"Jika harga minyak naik mendadak, sudah tentu kerajaan akan mengkaji bantuan yang sesuai dan bertindak bagi mengurangkan kesan kepada rakyat, khususnya golongan yang memerlukan," katanya kepada pemberita selepas merasmikan Persidangan Pasaran Modal Malaysia ke-19 di sini hari ini.

 
Bacaan lanjut : UTUSAN

Indonesia mahu usir pendatang Filipina ke sempadan Malaysia di Sabah


Kerajaan Malaysia diminta berkerjasama dengan pemerintah Indonesia apabila negara itu merancang untuk mengusir 526 orang tanpa identiti yang tinggal di atas perahu, ke sempadan Malaysia di kawasan Semporna.

526 orang dari ratusan keluarga dengan lebih 300 perahu ditahan dan hasil siasatan mereka datang dari Semporna tetapi bukan warga negara Malaysia.

Dipercayai mereka berasal dari wilayah Filipina dan kehadiran mereka di Pulau Derawan, Indonesia dikatakan kerana melarikan diri dari pihak berkuasa Malaysia.

Persoalannya, jika benar mereka kedengaran berbahasa Filipina tanpa mampu berbahasa Melayu, mengapa tidak di kembalikan sahaja ke wilayah Filipina?

Senin, 24/11/2014 19:48 WIB

'Manusia Perahu' Disebut Tak Berniat Ambil Alih Pulau di RI

Wiji Nurhayat - detikFinance
Ilustrasi
Jakarta - Pemerintah daerah Berau memastikan tidak ada niat 'manusia perahu' asal Malaysia dan Filipina merebut pulau terluar Indonesia. Hal ini sekaligus menepis ketakutan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo yang khawatir kejadian lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan terulang.

"Indikasi itu tidak ada. Ini murni mereka orang-orang yang hidupnya tidak menentu dan terdesak," ungkap Wakil Bupati Berau Ahmad Rivai saat ditemui di kantor pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (24/11/2014).

Rivai mengatakan meskipun 'manusia perahu' tergolong nelayan asing yang menangkap ikan secara ilegal di laut Indonesia, tetapi keberadaannya murni karena desakan hidup. Diperkirakan 'manusia perahu' berasal dari Filipina yang menetap di Pulau Semporna Sabah, Malaysia. Karena desakan aparat kepolisian Malaysia, 'manusia perahu' akhirnya menyingkir hingga lautan Indonesia.

"Mereka ini orang tersudut dan akhirnya masuk ke Malaysia. Tapi di Malaysia sedang gencar sektor pariwisata akhirnya diusir mereka ini, terdesaklah mereka dan hanyut masuk ke wilayah kita. Mereka ini tidak punya warga negara, bahasanya Tagalog. Mereka bilang dari Pulau Semporna," paparnya.

Oleh karena itu, tambah Rivai, harus ada penyelesaian kongkret untuk menyelesaikan masalah 'manusia perahu' yang melibatkan 3 negara sekaligus yaitu Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Karena tidak punya hubungan budaya maupun kesamaan fisik, ratusan 'manusia perahu' mau tidak mau harus dideportasi dari Indonesia.

"Saya minta di dalam rapat tadi, saya minta mereka ini didorong ke perbatasan negara antara Indonesia dan Malaysia. Kemudian ada tindak lanjut dari TNI AL untuk menjaga wilayah kita jangan sampai mereka datang lagi," jelasnya.