Sunday, September 02, 2012

Bukti Jalur Gemilang Bukan Ditiru Dari Bendera Amerika Syarikat



Menghairankan apabila ahli politik sebodoh Manoharan dipilih rakyat. Mungkin pemilihnya bodoh-bodoh juga. Atau mungkin darah pendatang yang masih pekat dalam tubuhnya menyebabkan dia gagal memahami sejarah negara ini.

Bendera Malaysia bukan ditiru dari bendera USA. Ia adalah satu sejarah panjang yang bermula sejak zaman kegemilangan kerajaan Melayu Tua Srivijaya. Bendera ini kemudian dipakai oleh kebanyakan kerajaan selepasnya sehinggalah ke zaman Majapahit yang menjadi kebanggaan Indonesia. Sesiapapun boleh faham mengapa Indonesia mengagungkan Majapahit.

Hakikatnya, bendera Majapahit yang didakwa oleh Indonesia bukanlah seperti bendera Indonesia hari ini. Umbul-umbul Majapahit ialah bendera berjalur merah putih yang juga dipanggil umbul-umbul abang putih.

Oleh kerana bendera ini dikibarkan di sebahagian besar Kepulauan Rempah ini, penjajah British memakai bendera ini dengan memasukkan elemen mereka.
It has been suggested that the stripes were inspired by the flag of the Majapahit Empire, whose flags may still have flown across the Spice Islands in the Company's early days
At the time of the American Revolution the East India Company flag would have been identical to the Grand Union Flag. The flag probably inspired the Stars and Stripes (as argued by Sir Charles Fawcett in 1937).[22] Comparisons between the Stars and Stripes and the Company's flag from historical records present some convincing arguments. 
The John Company flag dates back to the 1600s whereas the United States adopted the Stars and Stripes in 1777.[23] 
The stripes and gridlike appearance of the flag gave rise to several pieces of imperial slang. Most notably is the phrase 'riding the gridiron'; this referred to travelling on a ship flying the company flag to / from India.
Wikipedia

Dari sumber lain pula : 
Below is the current naval jack (flag) of Indonesia, which dates to the age of the Majapahit Empire. Majapahit was one of the last major empires in the history of Indonesia and Southeast Asia (1293-1527), and renown for its maritime strength 

It is argued that local Malay flags (similar to the Majapahit Empire's flag) were flown during the East India Company's era and inspired its flag



The Majapahit Empire's and East India Company's flag had 9 stripes of red and white


Indonesia's current Naval Flag
dates to the Majapahit Empire Era 
[image]
Monopoli perniagaan teh oleh British East India Co. di Amerika Utara telah merubah landskap politik tanah-tanah jajahan Eropah di sana sehinggakan  mereka mampu mempengaruhi kemerdekaan Amerika Syarikat dari Britain pada 4 Julai 1776 dan menggunakan bendera British East India Co.selama 2 tahun sebagai bendera tidak rasmi mereka. Kemasukan negara-negara jajahan Eropah yang lain ke dalam persekutuan Amerika Syarikat telah mengubah bendera itu kepada rupanya hari ini.

KEPADA AHLI POLITIK BODOH SEPERTI MANOHARAN, SEDARLAH. ANDA TIDAK LAYAK LAGI MENJADI WARGA NEGARA INI.

Mesti Baca : Untungnya Hidup Di Malaysia Di Mata Rakyat Indonesia

Kepada kumpulan penduduk yang kurang rasa bertuah membesar di Malaysia, baca artikel berguna ini yang diterbitkan beberapa bulan lalu di Republika , media antara yaang berpengaruh di Indonesia. Artikel ini menuai banyak komen yang mengkritik pemerintah Indonesia.


Anak Indonesia 'Dibajak' Malaysia

Sabtu, 23 Juni 2012, 07:27 WIB
www.javed-sultan.blogspot.com
  
Anak Indonesia 'Dibajak' Malaysia
Bendera Malaysia (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Fakhruddin
Negaraku

Tanah tumpahnya darahku,
Rakyat hidup
bersatu dan maju,”



Sepenggal bait lagu kebangsaan Malaysia,Negaraku, dengan fasih dilantunkan Susan, siswa kelas 5 SD di Lubuk Antu, Serawak, Malaysia. Kendati lahir di Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Susan tidak pernah mengeyam bangku pendidikan di Indonesia.
Meski jarak sekolah dasar di Kecamatan Badau hanya sekitar 500 meter dari rumahnya, orangtua Susan lebih memilih menyekolahkan anaknya di Lubuk Antu, Serawak, Malaysia.  


Karena itu, Susan lebih hafal dengan lagu yang nadanya persis dengan lagu Indonesia berjudul Terang Bulan ini, ketimbang lagu kebangsaan Indonesia Raya.
“Tidak bisa,” kata Susan kepada Republika ketika diminta menyanyikan laguIndonesia Raya.


Agar bisa bersekolah di Malaysia, Susan memiliki bapak angkat yang berkewarganegaraan Malaysia. Bapak angkat itu juga sekaligus wali murid di sekolah Susan.


Masyarakat di Kecamatan Badau dan Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu memang memiliki kebiasaan menyekolahkan anaknya di Malaysia. Anak-anak di dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia dapat dengan mudah bersekolah di Malaysia apabila memiliki akte kelahiran Malaysia.


Mereka mudah mendapatkan akta kelahiran Malaysia, karena sejak dalam kadungan, ibunya selalu memeriksakan kehamilan dan melakukan persalinan di rumah sakit Malaysia. Hal ini, karena fasilitas kesehatan di perbatasan Malaysia lebih memadai ketimbang di daerahnya.


Setelah bersalin di Malaysia, otomatis anak yang dilahirkan tersebut mendapatkan akta kelahiran Malaysia. Nantinya, mereka mendapat kesempatan untuk mengeyam pendidikan di Malaysia secara gratis.


Bagi anak tersebut berprestasi, orang tuanya akan ditawarkan agar mengijinkan anaknya menjadi warga Malaysia. Apabila orang tuanya mengijinkan maka akan diurus surat-suratnya. Sehingga resmi jadi warga negara Malaysia dan difasilitasi sampai bekerja. Namun sebaliknya, anak yang tidak berprestasi akan dikembalikan kepada orang tuanya.


Orang tua di kedua kecamatan tersebut lebih memilih anaknya sekolah di Malaysia karena kondisi pendidikan di Kecamatan Puring Kencana secara umum masih memprihatinkan. Baik dari segi kualitas dan kuantitas, maupun penyelenggaraannya.
Kondisi ini diperparah dengan masih adanya oknum tenaga pendidik yang kurang disiplin, malas mengajar, dan kerap membolos dengan berbagai macam alasan. Oknum tersebut lebih mementingkan bisnis pribadi ketimbang memajukan mutu pendidikan di sekolahnya. Banyak ruang kelas kosong di saat jam pelajaran akibat mental guru yang sepertinya kurang siap menerima penugasan di wilayah perbatasan.


Hal ini telah menjadi pertimbangan/penilaian tersendiri bagi para orang tua untuk memilih menyekolahkan anak di negeri orang dengan harapan anaknya akan berhasil dan lebih baik, meskipun bertentangan dengan hati nurani mereka. 


Karena itu, setiap sekolah dasar di hampir seluruh dusun di Kecamatan Puring Kencana selalu kekurangan murid.  Jumlah murid sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 di setiap sekolah hanya berkisar 12 anak. Kecuali, di SD Sungai Antu yang jumlah siswanya mencapai 40 orang.


Kondisi serupa juga terjadi di jenjang pendidikan selanjutnya. Hanya ada satu SMP di Kecamatan Puring Kencana. Itu pun dengan jumlah murid hanya mencapai 24 siswa dari kelas 8 sampai 10.  Terdapat sekitar 113 anak dari 245 anak usia sekolah tingkat SMP di Kecamatan Puring Kencana yang bersekolah di Malaysia. 


Faktor pembiayaan juga menjadi pertimbangan orang tua murid untuk menyekolahkan anaknya di Malaysia. Sebab, hampir seluruh kebutuhan siswa yang sekolah di sana ditanggung oleh Pemerintah Malaysia. Mulai dari biaya pendidikan, asrama, hingga pemenuhan fasilitas untuk menyalurkan bakat dan minat siswa.


Kepala Sekolah SMA 1 Badau, Ishak Fatarik Darmawan, mengatakan siswa di sekolah Malaysia dimanjakan dari segi fasilitas. Ishak mengakui fasilitas sekolah yang ada di perbatasan Malaysia lebih unggul ketimbang fasilitas sekolah yang ada di perbatasan Indonesia.
Bahkan, kata Ishak, ada upaya dari Pemerintah Malaysia untuk membagikan laptop kepada setiap siswa. “Kalau di sini jangankan laptop, mungkin kalkulator juga tidak punya. Itulah salah satu permasalahan  di sini,” kata Ishak  yang pernah melakukan studi banding ke sekolah di Malaysia tahun lalu ini.


Menurut Ishak, fasilitas dan layanan pendidikan yang diberikan di sekolah Malaysia itu diberikan secara cuma-cuma. Siswa yang bersekolah di sana wajib tinggal di asrama. Kebutuhan siswa selama tinggal di sana juga dipenuhi secara gratis, mulai dari buku hingga makan siswa.


Karena tergiur oleh segala kemudahan tersebut banyak orang tua di daerah perbatasan yang berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di Malaysia, dengan berbagai cara. Mulai dari menitipkan anaknya pada keluarga dan kerabat di sana, mencari penjamin yang bisa dijadikan orang tua angkat, hingga kewarganegaraan ganda.
“Orang tua disini banyak yang dua kewarganegaraan,” ungkap Ishak.


Orang tua yang anaknya bersekolah di Malaysia mengaku bangga menyekolahkan anaknya di sana. Selain gratis, peluang untuk mendapatkan pekerjaan di negeri jiran setamat sekolah lebih besar. Karena itu, Warga Kecamatan Badau dan Kecamatan Puring Kencana lebih berharap jalan menuju Malaysia diperbanyak dan akses keluar-masuk  ke Malaysia dipermudah. Ketimbang, memperbaiki akses jalan menuju Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, Futussibau.  


Mereka juga berharap, anak yang sekolah di Malaysia tidak dikenakan sanksi berupa pinalti untuk mengulang pelajaran setelah kembali meneruskan bersekolah di Indonesia.
“Sehingga anak tersebut bisa langsung melanjutkan sekolah sesuai apa yang telah mereka capai selama sekolah di luar negeri,” kata Edy, warga Sungai Antu, Kecamatan Puring Kencana yang dua dari anaknya bersekolah di Malaysia.
Redaktur: Heri Ruslan

Kibaran Bendera Di Pattani, Sekadar Simbol 'Merdeka', Bukan Hasrat Menyertai Malaysia

Menurut seorang rakan dari Pattani, kibaran bendera Malaysia di wilayah dalam Negara Thai itu bukan bererti mereka mahu menyertai Malaysia. 

Ia dikatakan sebagai simbolik perkataan 'Merdeka' yang menjadi tunjang perjuangan puak separatis di wilayah itu yang menuntut agar wilayah orang Melayu di Selatan Thai itu dimerdekakan.

Kejadian itu disengajakan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Malaysia ke 55 iaitu pada 31 Ogos 2012.

" Tidak bermaksud untuk menyertai Malaysia. Malaysia pun tidak pernah terlintas untuk menjadikan Pattani sebagai negeri ke 15. Hubungan baik Malaysia dan Thailand di peringkat tertinggi hari ini. Pasti juga bukan kerja Malaysia. Mengapa ia disalah tafsir. Perjuangan PULO di sana hanyalah semata-mata mahu menubuhkan negara sendiri. Sebab itulah mereka mengibarkan bendera Malaysia atas simbolik kemerdekaan yang disambut di sini. Jika ia disalah anggap, itu adalah anggapan masing-masing. Pihak Thailand sendiri berpendapat seperti saya." - Doramae Hasae, 30.


Bendera Thai Dibakar, Jalur Gemilang Dikibar Separatis Di Pattani

Ketika pengkhianat rakyat mengibarkan 'sang saka malaya' di malam merdeka, separatis di Thailand membakar bendera Thailand dan mengibarkan banyak bendera Malaysia di Pattani sempena ulangtahun ke 23 penyatuan empat kumpulan pemisah dan bersempena Hari Kemerdekaan Malaysia.

Hal ini disebut oleh pihak berkuasa Thai sebagai cubaan merosakkan hubungan baik Thailand - Malaysia namun mengakui ia tidak akan menjejaskan apa-apa. Bendera di kibar di tiang lampu sepanjang jalan di beberapa tempat di Pattani, Yala, Narathiwat dan termasuk kawasan majoriti Buddha di Songkhla.

Hal ini juga memperlihatkan apakah 'gerakan merdeka' Pattani kini telah beralih kepada 'gerakan sertai Malaysia' ?

Menurut seorang pemerhati, kali terakhir Jalur Gemilang dikibarkan oleh pihak 'tidak bertanggunjawab' di wilayah Pattani ialah ketika lawatan PM Najib ke Selatan Thai pada tahun 2009.


PATTANI, Thailand (AP) - Suspected insurgents burned Thai flags and raised Malaysian flags in their place in a coordinated operation Friday across Thailand's Muslim-dominated south that also saw the militants plant bombs that wounded six soldiers, officials said.
The unrest came on the anniversary of the 1989 founding of an umbrella separatist group that combined four Thai separatist movements, as well as the anniversary of neighboring Malaysia's independence from British rule.
The insurgents are mainly ethnic Malays, but it's not clear why they would raise Malaysian flags. Analysts say the militants want a separate state but have never indicated they want to be part of Malaysia.
More than 5,000 people have been killed in Buddhist-dominated Thailand's southernmost, Muslim-majority provinces since an Islamic insurgency flared in 2004. Improvised bombings and shootings against security forces and civilians have been common insurgent tactics, but flag burnings are rare. The last time Malaysian flags were raised was in 2009 during a visit to southern Thailand by Malaysian Prime Minister Najib Razak, said Sunai Phasuk, a senior researcher for New York-based Human Rights Watch.
Sunai said it was a mystery why insurgents would raise Malaysian flags. "There is no convincing reason," he said.
Thailand accuses Malaysia of harboring Thai insurgent leaders as well as militants suspected of carrying out attacks. Malaysia denies the charges.
Col. Pramote Prom-in, deputy spokesman of the Thai government's regional security agency, told reporters the insurgents were trying to damage relations between Thailand and Malaysia. But he said that would not have any impact, since "Thailand and Malaysia have had a good relationship all along."
In Friday's violence, police said Thai flags were burned and Malaysian flags were displayed prominently along roads and on electricity poles, trees and pedestrian bridges in the southernmost provinces of Yala, Pattani and Narathiwat, as well as predominantly Buddhist Songkhla province.
Pramote said the six wounded soldiers were injured in several separate bomb attacks in Narathiwat.
One of the troops was helping his unit seal off an area around a mobile phone network tower after they found a Malaysian flag on it, said police Col. Patta Madawa.

- vcstar.com 



Jelas sekali, ketika sebilangan rakyat negara ini langsung tidak mengenal erti syukur, ramai penduduk negeri jiran di kawasan sempadan negara ini  di Indonesia dan Thailand sangat-sangat mendambakan untuk menjadi sebahagian dari Malaysia.