Dr. Mahathir Mohamad ketika berucap di pelancaran kedua Sekolah Keamanan Sedunia Mahathir ( Mahathir Global Peace School ) di hadapan bekas timbalan Presiden Indonesia, Jusuf Kalla dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, menyinggung soal mengangkat perajurit ketika peperangan sebagai pahlawan apakala perajurit tersebut membunuh ratusan orang lain pula.
Mahathir tegas mahukan dunia yang melabelkan peperangan sebagai satu jenayah.
Menurut bekas PM Malaysia keempat itu, adalah janggal dan tak logik apabila pembunuh ratusan nyawa ketika peperangan diangkat sebagai pahlawan.
Ucapan ini agak keras menilaikan hal ketersinggungan Singapura ke atas Indonesia baru-baru ini dalam penamaan dua tentera laut yang mengebom Singapura pada ketika konfrontasi Indonesia - Malaysia pada Mac 1965 silam sebagai nama kapal Angkatan Laut Indonesia, namun merupakan gambaran komitmen Indonesia dan Malaysia dalam melakukan kesepakatan berhubung perang adalah satu perlakuan jenayah.
Ini selaras dengan matlamat halatuju Malaysia sendiri yang bersifat tidak akan berperang dengan mana-mana pihak kecuali untuk mempertahankan tanah air di bumi sendiri.
"Terkadang, mereka membuat alasan untuk memunculkan perang. Tapi melalui kesamaan ekonomi, kompromi, dan diplomasi, maka kita akan merubah sistemnya," kata Jusuf Kalla.
FOTO : DETIK
Laporan dari Malaysia
Kampanyekan Perdamaian, Mahathir: Perang Tak Berbeda dengan Kriminalisme
Kuala Lumpur - Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyebut perang sebagai salah satu tindakan kriminal. Menurutnya, seorang pembunuh adalah sama dengan seorang prajurit yang membunuh prajurit lawan.
"Ketika perang berlangsung, kau membunuh banyak orang. Lalu kau pulang ke negaramu mendapatkan banyak penghargaan dan disebut sebagai pahlawan," kata Mahathir.
Mahathir menyampaikan hal ini dalam acara Second Launching Mahathir Global Peace School di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (17/2/2014). Turut hadir dalam acara ini mantan wakil presiden RI Jusuf Kalla, Ketua Umum PP Muhamadiyah Din Syamsudin, dan Rektor Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Bambang Cipto.
"Satu sisi pembunuh dihukum, sementara pembunuh ratusan nyawa dalam perang dianggap pahlawan. Ini janggal dan tidak logis," ujar Mahathir.
Kritik keras terhadap motif perang dan dampaknya dilontarkan Mahathir di hadapan puluhan akademisi dari beragam negara seperti Indonesia, Singapura, dan Afrika. Mahathir memimpikan sebuah dunia tanpa perang, dan kehidupan damai dalam keberagaman.
"Betapa bersyukurnya saya, kini Global Peace School telah menyebar ke Indonesia dan Malaysia. Tak lama lagi, seluruh dunia akan menilai perang sebagai tindakan kriminal," ujar Mahathir disambut tepuk tangan para tamu yang hadir.
Setelah itu, Jusuf Kalla berdiri menuju mimbar untuk menyampaikan pandangannya tentang upaya perdamaian dunia. Pria yang akrab disapa JK ini menilai perang muncul karena sejarah menunjukkan ada kesenjangan kekuatan ekonomi dan sumber daya yang dimiliki setiap negara.
"Terkadang, mereka membuat alasan untuk memunculkan perang. Tapi melalui kesamaan ekonomi, kompromi, dan diplomasi, maka kita akan merubah sistemnya," kata JK.