BNP2TKI Tegaskan Tidak Ada Pencurian Organ Tubuh 3 TKI asal NTB
Kamis, 03/05/2012 02:29 WIB
Jakarta Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat, menegaskan hasil otopsi ulang tim forensik Polri terhadap jasad tiga TKI tidak ditemukan adanya pencurian organ tubuh. Tiga TKI tersebut masing-masing adalah Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Noor (28) asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Jumhur mengatakan dua hari usai peristiwa penembakan, jasad para TKI juga diotopsi di Rumahsakit Port Dickson, Negeri Sembilan, Malaysia pada 26 dan 27 Maret 2012. Otopsi pertama, 26 Maret untuk dua jenazah masing-masing Abdul Kadir Jaeleni dan Herman. Jasad Abdul Kadir ditangani dokter Mohd Khairul Izzati Omar sedangkan dokter Muhammad Huzaifah Rahim mengotopsi jasad Herman. Selanjutnya pada 27 Maret, giliran jasad Mad Noor yang diotopsi dokter Safooraf.
"Hasil otopsi menyimpulkan mereka tewas oleh tembakan berkali-kali di bagian kepala maupun tubuh bagian depan korban," ujar Jumhur dalam rilisnya kepada detikcom, Rabu (3/5/2012).
Adapun sijil (sertifikat kematian), lanjut Jumhur, menyangkut ketiga TKI dikeluarkan pihak rumah sakit pada 26 Maret untuk almarhum Abdul Kadir serta Herman, kemudian almarhum Mad Noor sijilnya keluar pada 27 Maret.
"Melalui otopsi itu pun tidak ditemukan adanya pencurian organ tubuh ketiga TKI," ungkapnya.
Menurut Jumhur,akibat tragedi penembakan tiga TKI oleh polisi Malaysia hingga tewas mengenaskan pada 24 Maret lalu, Kementerian Luar Negeri dan Mabes Polri masih melakukan penyelidikan yang difokuskan terkait kronologis serta motif pemberondongan tembakan.
"Selain itu, diperlukan penjelasan terbuka selekasnya dari kepolisian atau pemerintah Malaysia atas terjadinya kasus tersebut," paparnya.
Jumhur juga menyayangkan berbagai penyataan Migrant Care selaku LSM peduli buruh migran terus meragukan hasil otopsi, termasuk tetap menggugat ada tidaknya kasus pencurian organ tubuh pada jasad tiga TKI tersebut. Jumhur menilai, sikap kukuh Migrant Care tidak bijaksana dan terkesan mengeksploitasi penderitaan keluarga tiga TKI, tanpa peduli dengan permasalahan yang sebenarnya terjadi.
"Untuk tetap memperjuangkan pembelaan nasib TKI, kawan-kawan di Migrant Care bisa mengupayakan cara-cara yang lebih proporsional, sehingga tidak perlu terkesan kurang obyektif yang dapat mengacaukan suasana," tutupnya.
Jumhur mengatakan dua hari usai peristiwa penembakan, jasad para TKI juga diotopsi di Rumahsakit Port Dickson, Negeri Sembilan, Malaysia pada 26 dan 27 Maret 2012. Otopsi pertama, 26 Maret untuk dua jenazah masing-masing Abdul Kadir Jaeleni dan Herman. Jasad Abdul Kadir ditangani dokter Mohd Khairul Izzati Omar sedangkan dokter Muhammad Huzaifah Rahim mengotopsi jasad Herman. Selanjutnya pada 27 Maret, giliran jasad Mad Noor yang diotopsi dokter Safooraf.
"Hasil otopsi menyimpulkan mereka tewas oleh tembakan berkali-kali di bagian kepala maupun tubuh bagian depan korban," ujar Jumhur dalam rilisnya kepada detikcom, Rabu (3/5/2012).
Adapun sijil (sertifikat kematian), lanjut Jumhur, menyangkut ketiga TKI dikeluarkan pihak rumah sakit pada 26 Maret untuk almarhum Abdul Kadir serta Herman, kemudian almarhum Mad Noor sijilnya keluar pada 27 Maret.
"Melalui otopsi itu pun tidak ditemukan adanya pencurian organ tubuh ketiga TKI," ungkapnya.
Menurut Jumhur,akibat tragedi penembakan tiga TKI oleh polisi Malaysia hingga tewas mengenaskan pada 24 Maret lalu, Kementerian Luar Negeri dan Mabes Polri masih melakukan penyelidikan yang difokuskan terkait kronologis serta motif pemberondongan tembakan.
"Selain itu, diperlukan penjelasan terbuka selekasnya dari kepolisian atau pemerintah Malaysia atas terjadinya kasus tersebut," paparnya.
Jumhur juga menyayangkan berbagai penyataan Migrant Care selaku LSM peduli buruh migran terus meragukan hasil otopsi, termasuk tetap menggugat ada tidaknya kasus pencurian organ tubuh pada jasad tiga TKI tersebut. Jumhur menilai, sikap kukuh Migrant Care tidak bijaksana dan terkesan mengeksploitasi penderitaan keluarga tiga TKI, tanpa peduli dengan permasalahan yang sebenarnya terjadi.
"Untuk tetap memperjuangkan pembelaan nasib TKI, kawan-kawan di Migrant Care bisa mengupayakan cara-cara yang lebih proporsional, sehingga tidak perlu terkesan kurang obyektif yang dapat mengacaukan suasana," tutupnya.
No comments:
Post a Comment