Polemik mercu tanda binaan Malaysia yang menjadi isu panas di Indonesia bulan Mei lalu kini berakhir apabila laporan dari media negara sebelah menyebut Malaysia telah merobohkan mercu tanda di kawasan yang menjadi pertikaian persempadanan iaitu di kawasan Tanjung Datu, antara negeri Sarawak dan Kalimantan Barat.
Diberitakan, pihak negara kita telah merobohkan binaan tersebut pada 15 Oktober yang lalu. Seorang ahli akademik yang melobi untuk jawatan Menteri dalam kabinet Jokowi - Jusuf Kalla menyebut, Indonesia perlu menyatakan penghargaan ke atas Malaysia atas semangat setiakawan dan menjadi contoh kepada negara jiran yang lain.
Disamping itu, ahli akademik itu juga menyebut bahawa Malaysia berkemungkinan 'takut' dengan ketegasan Jokowi. Namun kenyataan tersebut mendapat kritikan oleh pembaca portal berita yang melaporkan di sana.
Bongkar Sendiri Mercusuar, Malaysia Patut Diapresiasi
Bukti Malaysia ingin tetap jalin hubungan baik dengan Indonesia.
Kamis, 23 Oktober 2014, 09:51
VIVAnews - Pengamat Hukum Internasional dari Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai, Indonesia patut mengapreasiasi langkah Pemerintah Malaysia yang akhirnya membongkar sendiri mercusuar di Tanjung Datuk, Kalimantan Barat, pada pekan lalu.
Pembongkaran itu juga memastikan bahwa mercusuar tersebut berada di atas landas kontinen Indonesia.
Demikian kata Hikmahanto yang tertuang dalam siaran pers dan diterima VIVAnews pada Kamis, 23 Oktober 2014. Dia menyebut, keputusan itu telah melalui proses perundingan yang panjang dan survei bersama.
"Maka berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982, jika Malaysia ingin membangun mercusuar di atas landas kontinen Indonesia, mereka harus memperoleh izin dari Indonesia sebagai negara yang memiliki landas kontinen," kata Hikmahanto.
Kamis, 23/10/2014 08:35 WIB
Malaysia Bongkar Mercusuar, Hikmahanto: Malaysia Tahu Jokowi akan Keras
Andri Haryanto - detikNews
Jakarta - Setelah sempat menjadi perdebatan, akhirnya tiang pancang mercusuar yang dibangun Malaysia di Tanjung Datu, Kalimantan Barat (Kalbar), dibongkar.
Pembongkaran tiang pancang yang berada di landas kontinen Indonesia itu dilakukan sejak 15 Oktober lalu. Sebelumnya, pemerintah sudah melayangkan protes ke pemerintah negeri Jiran terkait pembangunan pancang yang diketahui Indonesia sejak 16 Mei 2014.
"Melalui proses perundingan yang panjang dan survei bersama, kedua negara akhirnya memastikan keberadaan mercusuar tersebut berada di atas landas kontinen Indonesia," kata Hikmahanto Juwana,
Guru Besar Hukum Internasional UI, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (23/10/2014).
Menurut Hikmahanto, berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982, bila Malaysia hendak membangun mercusuar di atas landas kontinen Indonesia maka Malaysia harus mendapat izin dari Indonesia sebagai negara yang memiliki landas kontinen.
Jelang akhir pemerintahan SBY, Panglima TNI telah melakukan ultimatum agar Malaysia merobohkan sendiri pembangunan tersebut. Namun Malaysia tidak menggubris ultimatum tersebut. Kemungkinan Malaysia melihat pemerintahan SBY yang menekankan pendekatan persuasif ketimbang tegas dan keras. Akibatnya pembongkaran tidak kunjung dilakukan.
"Namun menjelang pergantian kepemimpinan dari SBY ke Jokowi barulah Malaysia melakukan pembongkoran," kata Himahanto.
"Kemungkinan Malaysia melakukan hal ini karena tahu pemerintahan Jokowi akan bertindak tegas dan keras terhadap siapapun negara yang menganggu kedaulataan dan kepentingan nasional Indonesia," imbuhnya
Pembongkaran tiang pancang yang berada di landas kontinen Indonesia itu dilakukan sejak 15 Oktober lalu. Sebelumnya, pemerintah sudah melayangkan protes ke pemerintah negeri Jiran terkait pembangunan pancang yang diketahui Indonesia sejak 16 Mei 2014.
"Melalui proses perundingan yang panjang dan survei bersama, kedua negara akhirnya memastikan keberadaan mercusuar tersebut berada di atas landas kontinen Indonesia," kata Hikmahanto Juwana,
Guru Besar Hukum Internasional UI, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (23/10/2014).
Menurut Hikmahanto, berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982, bila Malaysia hendak membangun mercusuar di atas landas kontinen Indonesia maka Malaysia harus mendapat izin dari Indonesia sebagai negara yang memiliki landas kontinen.
Jelang akhir pemerintahan SBY, Panglima TNI telah melakukan ultimatum agar Malaysia merobohkan sendiri pembangunan tersebut. Namun Malaysia tidak menggubris ultimatum tersebut. Kemungkinan Malaysia melihat pemerintahan SBY yang menekankan pendekatan persuasif ketimbang tegas dan keras. Akibatnya pembongkaran tidak kunjung dilakukan.
"Namun menjelang pergantian kepemimpinan dari SBY ke Jokowi barulah Malaysia melakukan pembongkoran," kata Himahanto.
"Kemungkinan Malaysia melakukan hal ini karena tahu pemerintahan Jokowi akan bertindak tegas dan keras terhadap siapapun negara yang menganggu kedaulataan dan kepentingan nasional Indonesia," imbuhnya
BERIKUT PULA ENTRI BLOG INI PADA 21 MEI 2014 YANG LALU :
Malaysia - Indonesia memanas lagi
Dikatakan pihak Malaysia sedang membina mercu tanda di dalam kawasan Indonesia. Akibatnya keadaan menjadi panas di Indonesia apabila rakyatnya mula bereaksi. Apatah lagi amaran-amaran sebelum ini ke atas warga Malaysia yang belajar di sana tidak pernah sampai ke mata dan telinga rakyat negara ini dek kerana sikap sesetengah kita yang enggan membuka deria bagi mengenalpasti ancaman yang mungkin.
Pernah ada ugutan-ugutan dari samseng-samseng di Indonesia yang akan memberi mudarat kepada warga Malaysia di sana lanjutan krisis Malaysia - Indonesia sebelum itu.
Pembunuhan pelajar keturunan India dari Malaysia di Yogyakarta beberapa ketika lalu sehinggalah perbuatan rogol berkumpulan dan cubaan bunuh ke atas pelajar Malaysia di Bandung beberapa hari lalu bagaikan telah memberikan tanda.
Namun apa yang pasti, masih ada mata kepala di negara ini yang tidak mahu blog ini terus menyajikan maklumat dari sana. Sehinggalah ketika andai keadaan memanas, baharulah mereka tercari-cari duduk berdiri segala punca.
Rabu, 21/05/2014 09:44 WIBIni Titik Mercusuar Malaysia di Wilayah Sengketa yang Didatangi Kapal TNI
Rachmadin Ismail - detikNews
Jakarta - Malaysia berencana membangun mercusuar di kawasan perairan sengketa. TNI pun bergerak cepat dengan mengirim kapal perang untuk memantaunya. Ini titik tempat pembangunan tersebut.
Sesuai keterangan Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya, lokasi pembangunan berada di titik koordinat 02.05.053 N-109.38.370 E Bujur Timur, atau sekitar 900 meter di depan patok SRTP 1 (patok 01) di Tanjung Datu, Kalimantan Barat.
Di google maps, bisa diketahui titik koordinat tersebut (tanda panah hijau). Posisinya memang berada di lautan di sebelah utara taman nasional Tanjung Datu (ditandai dengan ikon bulat hijau).
No comments:
Post a Comment